Penerimaan Santri Baru Tahun Pelajaran 2026/2027 Akan Dimulai Pada Tanggal 22 November 2025 M / 01 Jumadil Akhir 1447 H

Berita

KH. SAFRUDDIN NASUTION: Keteguhan Hati Sang Kiai


Terlibat langsung dalam mengurusi orang banyak bukan hal mudah. Setiap kepala punya gagasannya sendiri begitulah kata orang bijak. Pesantren itu ibarat masyarakat luas di dalamnya terdapat banyak watak. Begitu pun ide dan gagasan yg berkembang di dalamnya. Gagasan itu biasanya akan dilontarkan di meja rapat. Kemudian hasil rapat itu diturunkan jadi implementasi dalam sebuah sistem yg akan dinikmati secara bersama.

Sama halnya di Al-Ansor, di tangan Buya Saparuddin Nasution tanggungjawab akan implementasi itu diberikan. Sebagai penanggungjawab kurikulum ada banyak hal yg berkaitan dengan proses belajar mengajar yg harus di tanggungjawabinya, mulai dari persoalan penetapan guru mata pelajaran sampai pada mengurus silabus di setiap jenjang pendidikan mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Bahkan bukan hanya itu, kadangkala wali murid yg protes tentang kebijakan-kebijakan tertentu juga dihadapkan kepada beliau.

Saya pun kerap ditugaskan untuk membantu beliau. Hampir setiap ada tugas-tugas yg membutuhkan pendamping biasanya saya akan satu tim dengan beliau.

Kendati saya lebih muda namun raut wajah bosan lebih sering terlihat di wajah saya dari pada di raut wajah beliau. Keuletan dan semangatnya yg tersisa meski sudah sepuh masih mengalahkan saya yg tergolong masih muda. Beliau sering berpesan, bekerja itu harus tuntas karena dengan begitulah kematangan seseorang teruji.

Ikut terlibat mengurus sebuah lembaga yg dibutuhkan bukan hanya keuletan. Ada hal yg lebih penting dari itu yaitu keteguhan dan ketabahan hati. Sejatinya setiap kebijakan tidak bisa menguntungkan semua pihak. Di situlah letak keterbatasan manusia. Sebab hanya Tuhan yg bisa menyenangkan seluruh makhluk sekaligus. Keterbatasan untuk merangkum semua gagasan pada hakikatnya bukanlah sebuah kesalahan tapi sebuah keniscayaan. Karenanya beliau tidak pernah memperlihatkan kekecewaan yg mendalam meskipun kinerjanya tidak diapresiasi. Dari sini saya belajar keteguhan dan ketabahan hati.

Dalam pergaulannya beliau menampilkan diri sebagai teman yg baik. Memiliki kepekaan sosial yg tinggi. Beliau membangun hubungan dengan murid-muridnya sebagai relasi ayah dan anak. Hubungan tersebut merupakan satu ikhtiyar atau metode untuk menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan kepada diri seorang santri. Utamanya nilai kepekaan sosial.

Dalam banyak hal terkait pemahaman keagamaan, beliau selalu meneguhkan ahlissunnah waljamaah dan moderat. Artinya, beliau selalu berusaha untuk menekankan kepada murid-muridnya agar selalu adil bersikap dan menumbuhkan kasih sayang di antara sesama karena sesungguhnya rasa kasih sayang itu hadir disebabkan keadilan sudah ditanamkan mulai dari alam pikiran.

Mari kita sama-sama kirimkan doa kepada beliau, alfatihah.....

Penulis : Dr. Suheri Saputra Rangkuti, M.Pd