PPDB TP. 2025/2026 Di Buka Mulai Tanggal 04 Januari 2025 s/d 30 Juni 2025

Berita

Surat Cinta dari Relung Hati untuk Abuya KH. Sahdi Ahmad Lubis, Mudir Pesantren Al-Ansor

Di sudut Kota Padang Sidempuan yang diberkahi, berdiri kokoh sebuah pesantren bernama Al-Ansor, tempat di mana dua warna menari dalam harmoni abadi, putih dan hijau. Putih, bagai kemurnian ilmu yang mengalir dari sosok pemimpinnya, Abuya KH. Sahdi Ahmad Lubis, yang lahir di penghujung tahun 1969, tepat saat lembar terakhir kalender 31 Desember menyaksikan hadirnya sosok yang kelak menjadi pelita bagi ribuan santri.
54 tahun telah berlalu sejak Allah menghadirkan sosok pembawa cahaya ini ke bumi. Hijau, seperti kesegaran ajaran yang beliau tanamkan, tumbuh bagai rerumputan yang tak lelah bergoyang ditiup angin kebijaksanaan. Dua warna ini bukan sekadar cat yang menghiasi dinding pesantren, melainkan cerminan filosofi kehidupan yang beliau ajarkan, kesucian hati yang senantiasa tumbuh dan berkembang, seperti tangan beliau yang tak pernah lelah terangkat dalam doa untuk para santrinya.
Di antara kisah-kisah yang terukir di masa saya, ada cerita unik yang selalu mengundang senyum geli sekaligus rindu ketika dituturkan. Suara motor Honda Revo beliau telah menjadi "penanda waktu" yang lebih ampuh dari dentang lonceng manapun, bahkan suara adzan sekalipun 😁. Bayangkan! suara mesin yang menderu itu bagaikan guntur di siang bolong bagi para santri yang masih berleha-leha di asrama saat waktu shalat berjamaah tiba.
Sungguh, motor Revo itu seolah memiliki kekuatan magis tersendiri. Derungannya bagai simfoni yang menciptakan “koreografi dadakan,” para santri berlarian dengan gesit, bagai daun-daun kering yang tersapu angin kencang, bergegas menuju masjid. Suara yang dulu menciptakan kepanikan itu kini menjadi melodi kerinduan yang tersimpan dalam relung hati terdalam.
Fenomena "Revo yang ditakuti" ini menjadi metafora indah tentang bagaimana sebuah kedisiplinan ditanamkan tanpa perlu hardikan atau hukuman. Setiap deru mesinnya adalah nada-nada pendidikan karakter yang terpatri abadi dalam sanubari setiap santri Al-Ansor. Suara itu bagai pengingat halus namun tegas, seperti bisikan angin yang mengingatkan dedaunan bahwa waktu mereka untuk menari telah tiba.
Abuya, setiap langkah kaki di setiap sudut pesantren adalah jejak-jejak keberkahan yang kami pelajari. Di mata kami, putih itu adalah kesucian hati Abuya dalam menggenggam tangan setiap santri dengan kasih yang sama, bagai mentari yang tak pernah pilih kasih dalam menerangi semesta. Sementara hijau adalah kesuburan ilmu yang Abuya tanamkan, yang kini telah bertunas dan berbuah di berbagai penjuru negeri melalui para alumni. Semoga setiap santri yang telah merasakan kehangatan didikan itu, dapat terus meresapi setiap hikmah yang tersirat dalam setiap tindakan dan ucapan beliau.
Abuya yang berhati samudra, di usia yang semakin matang ini, doa kami mengalir deras bagai air yang tak pernah berhenti. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan yang prima, umur yang berkah, dan kekuatan yang tiada henti kepada Abuya. Semoga setiap langkah Abuya dalam memimpin pesantren selalu dalam naungan ridha-Nya.
Di hari yang istimewa ini, izinkan saya, kami semua, para santri dan alumni Al-Ansor, untuk mengucapkan: Selamat Ulang Tahun, Abuya tercinta. Semoga Allah senantiasa memuliakan Abuya sebagaimana telah memuliakan kami dengan ilmu dan didikan yang tak ternilai harganya. Semoga keberkahan selalu melimpah dalam setiap hembusan nafas Abuya, dan semoga Al-Ansor terus bersinar di bawah kepemimpinan Abuya yang penuh hikmah. Mubarak Alfu Mubarak!
Di penghujung surat cinta ini, izinkan saya menyelipkan seuntai makna: Ketika Allah menciptakan guru, Dia menyematkan secercah cahaya-Nya dalam hati mereka. Dalam diri Abuya, cahaya itu bersinar begitu terang hingga mampu menerangi ribuan hati yang tengah mencari jalan. Semoga Allah mengangkat derajat Abuya setinggi langit yang Abuya ajarkan untuk kami raih, seluas samudra ilmu yang Abuya ajarkan untuk kami selami, dan seindah surga yang Abuya tuntun untuk kami gapai. Karena guru terbaik adalah dia yang mengajarkan murid-muridnya untuk merindu surga, dan mampu menjadi pelukis takdir yang menggunakan cinta sebagai kuasnya. Btw, rekan² Alumni, motor Revo legendaris itu masih ada tidak? Haha 😄

Hormatku,
Syarif Hidayat Siregar, M.H.
Jakarta, 1 Rajab 1446/ 1 Jan 2025.